Jauh hari sebelum menginjakkan kaki di Negara kiwi ini, saya dah disarankan bahkan kesannya ditakut-takuti oleh teman maupun keluarga soal sikap orang local soal islam dan jilbab, yang kemungkinan besar susah untuk terima saya dalam lingkungannya. Yang paling ekstrim, ada orang terdekat saya yang kasih saran agar saya melepas jilbab selama kuliah disana. Alhamdulillah, saya tidak takut ataupun tergoda untuk itu J
Setelah melewati 2 tahun 5 bulan tinggal di Wellington, dan ketika saya sudah hampir kembali kepelukan si ADI (Ayah Dan Ibu;)), saya baru teringat lagi 2 kejadian yang terkait dengan ketakutan orang-orang terdekat saya soal saya yang Islam dan berjilbab di negeri bule.
Waktu transit di Sydney, saya kena yang orang-orang sebut sebagai “random checking”. Random apanya, I was the only ONE who was being body-searched, luckily by a female airport officer. Bilang saja periksa saya karena saya jilbaban *hayongaku*. Besides me, no one has been body searched so far *tengok depan, belakang, kiri, kanan*.
Kedua kalinya saya alami pas sekitar setahun tinggal dan kuliah di Wellington, ibukota Selandia Baru. Setelah terima duit hidup buat 2 minggu, saya memutuskan untuk belanja lumayan banyak dari biasanya untuk supply selama 2 minggu. Alasan saya sih sederhana, jarang punya waktu buat belanja sekali atau dua kali dalam seminggu. Maka bergegaslah berangkat menuju supermarket yang terkenal karena keberagaman barang yang disediakan dan harga yang lumayan dibawah dari supermarket lain. Sesaat setelah membayar dikasir, saya dihentikan oleh seorang pemuda, yg ternyata pekerja disupermarket itu (seragamnya nunjukkin itu). Dia meminta saya memperlihatkan receipts barang-barang yang saya tenteng (3 kantong plastik gede). Sambil obok-obok isi tas, sempat memaki dalam hati, kena diskriminasi lagi deh ini hanya karena saya berbeda dengan penduduk lokal (berjilbab maksudnya). Masih sambil berusaha menemukan receipts, saya tengok kanan kiri, beneran kan, tak satupun orang yang terlihat dihentikan oleh pekerja supermarket seperti saya sekarang ini untuk ditanya soal receipts ini. Apa karena saya punya tampang miskin yah? J jadi si pekerja curiga barang sebanyak itu hasil saya “PANJANG TANGAN’ ditempatnya kerja…..anyway, it made my day, dah pegal tenteng barang banyak mesti distop pula…
No comments:
Post a Comment